Indonesia kembali diguncang oleh peristiwa besar yang menyita perhatian publik. Insiden tragis yang menimpa seorang pengemudi ojek online dalam aksi demonstrasi di Jakarta telah memicu gelombang protes dan suara-suara ketidakpuasan di berbagai daerah. Tragedi ini bukan hanya menjadi catatan duka, tetapi juga membuka mata banyak pihak bahwa masih ada persoalan mendasar yang harus diselesaikan, terutama menyangkut keadilan dan keberpihakan terhadap rakyat kecil.
Bagi mahasiswa, kejadian ini memiliki arti yang sangat mendalam. Mahasiswa selalu dikenal sebagai kelompok yang peka terhadap isu-isu sosial dan menjadi bagian penting dalam sejarah pergerakan bangsa. Kejadian tersebut mendorong mahasiswa untuk kembali merefleksikan peran mereka di tengah masyarakat. Banyak mahasiswa turun ke jalan, menyuarakan keadilan, dan berdiri bersama rakyat yang terpinggirkan. Di saat yang sama, kampus dan ruang-ruang diskusi semakin hidup dengan kajian kritis yang menyoroti bagaimana negara seharusnya hadir melindungi warganya.
Dampak dari situasi ini begitu terasa di kalangan mahasiswa. Kesadaran kolektif semakin tumbuh bahwa dunia akademik tidak bisa dipisahkan dari realitas sosial. Mereka belajar bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari di ruang kuliah harus beriringan dengan kepedulian terhadap keadaan sekitar. Aktivisme mahasiswa yang muncul bukan hanya bentuk protes semata, tetapi juga wujud kepedulian terhadap masa depan bangsa.
Meski demikian, dinamika ini juga menghadirkan tantangan tersendiri. Banyak mahasiswa harus membagi waktu antara perkuliahan dengan aktivitas sosial, menghadapi risiko di lapangan, bahkan tekanan dari pihak-pihak tertentu. Namun, dari sanalah lahir pengalaman berharga yang membentuk karakter kepemimpinan. Mahasiswa belajar tentang arti keberanian, solidaritas, dan tanggung jawab sosial.
Peristiwa yang terjadi saat ini seharusnya menjadi cermin bagi seluruh elemen bangsa, khususnya mahasiswa, bahwa perjuangan belum selesai. Keadilan, demokrasi, dan kemanusiaan masih perlu terus diperjuangkan. Mahasiswa bukan hanya sekadar penonton dari dinamika sosial, melainkan bagian penting dari aktor perubahan. Dari kampus, jalanan, hingga ruang publik, suara mereka adalah energi yang akan terus mengawal bangsa menuju arah yang lebih baik.
- Nur Sidrah Sariadi
(Ketua Umum HMJ PAI FAI UNISMUH Makassar Periode 2025-2026)