Opini Berjudul "Eksklusivitas Institusi Islam di Indonesia"

Oleh : Sappe (Juara 3 Lomba Opini dalam Ajang Aksara 2 Inspiratif)

Berbicara tentang pendidikan tentu tak terlepas dari pengembangan potensi baik akademik maupun non akademik. Tetapi apakah pendidikan hanya sebatas itu? Tentu tidak. Kalau menurut Paulo Freire dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed, menekankan bahwa pendidikan adalah proses pembebasan yang membangun kesadaran kritis.

Tidak hanya membahas tentang pengetahuan saja, melainkan untuk mengkritisi realitas sosial. Sama halnya yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan bukan sekadar proses mentransfer pengetahuan, tetapi juga alat untuk membentuk individu yang adil dan berkarakter.

Namun ketika berbicara tentang pendidikan islam, tentu jauh berbeda dari pendidikan secara umum.

Kalau menurut Adi Hidayat, pendidikan yang sempurna bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.

Akan tetapi, Adi mengatakan label "Islam" yang disematkan pada sebuah institusi pendidikan seharusnya mencerminkan nilai-nilai Islam secara nyata dalam praktiknya. Ungkapan dalam ceramahnya dikutip dari video di kanal YouTube @Pesan_Islam.

Sehingga sistem pendidikan islam di Indonesia hanya untuk kepentingan institusi saja. Terlebih lagi mereka hanya menggunakan pendekatan single-narrative —hanya melihat persoalan dari satu kacamata. Kata Abdul Somad — https://news.detik.com/kolom/d-4671548/abdul-somad-dan-problem-dakwahapologetik?utm_source=copy_url&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&utm_content=news.

Seperti, di UIN Alauddin Makassar merupakan institusi islam terbesar di Indonesia Timur. Tentu menerima mahasiswa yang non-muslim. Akan tetapi pendekatan yang dilakukan oleh kampus tersebut hanya menggunakan single-narrative.

Sehingga sangat kurang dan bahkan semenjak berdirinya UIN, hanya satu mahasiswa non-muslim yang tercatat.

Berbeda dengan Universitas Muhammadiyah Makassar, ia. membuka dan tidak menutup
diri dengan menerapkan single narrative. Sehingga menunjukkan komitmennya sebagai kampus yang inklusif dan beragam - https://news.unismuh.ac.id/2023/07/22/yulfalumba-mahasiswi-non-muslim-unismuh-makassar-buktikan-inklusivitas-kampus/.

Tentu ini menjadi tantangan kedepan untuk pendidikan islam. Sebagaimana negara kita dikenal dengan “toleransi beragama” yang besar, tapi tidak menerima suara — pandangan, dari kalangan non-Muslim.

Membuat sebagian Muslim kesulitan untuk mengakui suara-suara dari kalangan nonMuslim. Jangankan mengakui, melihat mereka saja mungkin tidak mampu —seolah-olah mereka "non-eksisten". Walhasil, apapun dilihat hanya dari satu kacamata saja.

Apakah metode ini sudah merata di Indonesia? Siapa tahu! Tiada kebebasan yang diberikan.

Dan juga indeks kesalahan pengelolaan pendidikan adalah fokus yang lebih besar pada keuntungan finansial daripada kualitas pendidikan.

“Jangan-jangan SPP-nya saja makin besar, tapi nilai-nilai Islamnya justru tidak terlihat,” ungkap Adi - https://www.liputan6.com/islami/read/5898900/kritik-kualitas sekolahislam-ustadz-adi-hidayat hisab-di-hari-kiamatnanti?utm_source=Mobile&utm_medium=whatsapp&utm_campaign=Share_Top

Pendidikan di Indonesia juga sangat kaku. Hanya berfokus pada hafalan dan tekstual. Tidak mendorong pemikiran kritis dan bebas.

Akibatnya, menghambat pertumbuhan dan membatasi kemampuan individu untuk memilih dan berpikir terbuka —perspektif yang beragam.

Seiring berkembangnya zaman, semua informasi dapat diakses. Sehingga, banyak oknum yang memanfaatkan paham ekstrim tentang pendidikan Islam di Indonesia — Radikalisasi.

Meskipun tidak dapat digeneralisasi, ada beberapa kelompok memanfaatkan institusi pendidikan untuk menanamkan ajaran intoleransi dan ekstremisme yang mengancam persatuan dan keberagaman.

Lantas apa yang harus dilakukan?

Pendidikan di Indonesia sudah baik. Akan tetapi, kurang untuk berinovasi dengan mengikuti zaman. Alhasil, metode yang diberikan hanya itu-itu saja. Kaku dan kuno.

Pekerjaan Rumah (PR)-nya cuman satu, bagaimana sebuah institusi harus mengeksplorasi untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut dan berinovasi sejalan dengan ajaranajaran Nabi Muhammad SAW.

Toh juga segala informasi dapat diakses, tinggal bagaimana caranya kita untuk menelaah informasi informasi yang sahih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama