Tulisan ini terinspirasi setelah membaca dua buah buku dari seorang Mufassir (Ahli Tafsir) yang familiar bagi masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Halaman demi halaman membuatku berdecap kagum. Islam menjagaku dari menyakitimu, entah siapa dan apapun itu, baik manusia, tumbuhan, dan hewan sekalipun. Tuhanku menciptakan aku untuk itu "Rahmatan lil Aalamin".
Dalam Al-Qur'an perintah pertama yang turun kepada seorang manusia pilihan setelah melalui masa khalwat 3 tahun lamanya adalah perintah untuk membaca "Iqra' bissmirabbikalladzi khalaq". Perintah membaca yang di turunkan kepada nabi yang buta huruf, dan ummatnya yang juga buta huruf. Tapi buta huruf itu bukan soal cerdas atau tidak cerdas. Meski teks Al-Qur'an itu tidak lagi di turunkan dan kita yakini bahwa secara teks sudah sempurna dalam artian tidak ada lagi teks yang turun setelahnya.
Dengan di akhiri dengan sebuat ayat "al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu 'alaikum ni'mati wa raditu lakumul-islama dina - hari ini telah ku sempurnakan Agamamu, ku cukupkan juga nikmatmu, dan aku ridho Islam sebagai agama yang mulia". Sejak teks ini berhenti di turunkan 1500 tahun lalu, muncul pertanyaan, bagaimana ia bisa menjawab tantangan masyarakat dan tetap menjadi pedoman dalam kehidupan yang zamannya berubah 180 derajat di banding ketika ia turun waktu itu.
Dengan segala kompleksnya perubahan yang terjadi, agama ini di tuntut untuk selalu relevan dan solutif, meski ummat berganti, pola hidup berubah, tapi ajarannya tetap di pegang teguh pemeluknya. "Solihun li kulli zaman wa makan artinya kira-kira adalah relevan untuk segala zaman dan tempat”.
Kita mesti bertanya, kenapa perintah pertama dalam Al-Quran adalah membaca? Karena, sebelum menyingkap hakikat-hakikat yang lain, Tuhan ingin membuka alam pikiran kita dulu. Kemudian kenapa ayat yang terakhir turun melegitimasi tentang kesempuurnaan ajaran Islam?
Ihwal inilah yang meneguhkan kita bahwa isi Al-Qur'an yang di turunkan Allah adalah seluruh hal yang di butuhkan manusia agar bahagia dan untuk kemaslahatan kita sendiri bukan kemaslahatan Tuhan ataupun malaikat. Tapi kepentingan manusia sehingga dalam sebuah ayat Allah katakan "Sungguh Al-Qur'an memberikan petunjuk ke jalan yang lurus - Al-Isra':9".
Nah, dari pemahaman bahwa Islam ini turun untuk kemaslahatan manusia, maka kita akan mencoba menghighlight kemaslahatan apa yang ada dalam Islam. Meski tentunya tidak bisa memuaskan keingintahuan kita, karena saya yakin akal manusia tidak mampu menjelaskan secara sempurna maksud dan tujuan Tuhan dalam Al-Qur'an. Namun setidaknya menyingkap tabir agar kita tetap sadar bahwa di balik ketentuan hukum "Syariat Islam", Islam itu, merahmati aku, kamu, dan kita semua.
Maqoshid Syari'ah
Islam senantiasa menjaga dan memelihara manusia agar tidak melalakukan perbuatan yang merugikan dirinya dan manusia di sekelilingnya. Dengan berbagai hukum dan ketetapannya, Allah mengarahkan manusia mengikuti rulls yang di tetapkannya dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi agar manusia mampu menjadi "Ahsanu taqwim bukan Asfala saafiliin".
Islam dalam rentetan sejarah, memiliki andil besar dalam kemajuan dan perkembangan umat manusia. Seiring dengan majunya zaman tidak membuat ajarannya hilang ataupun pudar. Meski kerusakan, perampasan, kesewenang-wenangan masih terjadi, yakin dan percaya Islam mengutuk itu semua, mengapa? Karena Islam hadir untuk mencegah kerusakan, memberikan kedudukan yang sama setiap manusia, mengatur manusia agar berlaku adil dan memuliakan sesama.
Al Musawa
Sebelum Barat menggembar-gemborkan kesetaraan, Islam jauh-jauh hari telah mengaskan itu. Misalnya, suatu ketika Nabi pernah menyampaikan dalam pidato terakhirnya “Orang Arab tidak lebih unggul di bandingkan non-Arab. Dan non-Arab tidak lebih unggul dibandingkan orang Arab. Kulit putih tidak lebih unggul dari kulit hitam, dan kulit hitam tidak lebih unggul dari kulit putih, kecuali atas sikap dan perbuatan yang baik.”
Ihwal inilah yang menegasikan bahwa pada dasarnya setiap manusia itu sama dan kalaupun mencari perbedaan, maka perbedaan itu terletak pada "Inna akromakum indallahi atqokum - sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa".
Islam for Ekologi
Lingkungan menjadi satu kesatuan dalam kehidupan manusia dan tidak bisa di pisahkan. Maka seyogyanya manusia merawat dan menjaga lingkungan agar mampu memberi manfaat kepada generasi pelanjutnya.
Sebagai seorang "khalifah fil ard" menegasikan bahwa tugas manusia bukan sekedar bersujud dan berdoa melainkan menjaga dan memastikan keberlansungan hidup manusia dan semua mahluk persada bumi.
Yakinlah bahwa siapapun yang merusak alam dalam artian melakukan penyalahgunaan maka dia adalah orang-orang yang tergolong "fasadu fil ardhi" dan perusak tanda-tanda kebesaran Allah "Innaa fis samaawaati wal ardi la Aayaatil lilmu'miniin".
Almar'at fi al'iislam
Dalam beberapa literatur sejarah menggambarkan kedudukan perempuan pra Islam (Kenabian Muhammad), perempuan di jadikan pemuas nafsu saja, tidak ada kebebasan bagi kaum perempuan, mereka menjadi mahluk lemah "Inferior" yang di dominasi oleh laki-laki "superior".
Nah, ketika Nabi Muhammad mendakwahkan Islam pada masyarakat di Makkah waktu itu, satu hal yang mesti kita singkap bahwa alasan mengapa Abu Jahal, Abu Lahab, dan Abu lainnya menentang keras Muhammad adalah mereka memikirkan dalam hati "masa saya sama atau setara dengan Bilal? Ataukah istri mereka sama dengan Hamamah?"
Maka dalam Islam perempuan memiliki maqom yang tinggi, Muhammad telah merekonstruksi kedudukan perempuan menjadi mahluk yang luarbiasa dan tentunya kita mengingat bahwa gemilangnya gerakan dakwah dan kepemimpinan Muhammad, tidak pernah lepas dari dampingan istri-istrinya.
Namun, mesti menjadi muhasabah bagi kita semua bahwa hari ini nilai-nilai Islam yang memuliakan perempuan itu coba di runtuhkan oleh perempuan itu sendiri. Islam dengan segala kompleksitasnya, dengan maqashid as syariahnya, dengan illat dan hikmah ketentuannya mengajarkan agar menjagaku dari menyakitimu.
Penulis: Fathurahman
(Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makasar Periode 2023-2024)