HMJPAIUNISMUH, OPINI - "Bertafakur satu saat lebih baik daripada ibadah satu tahun"
Sabda nabi Muhammad saw. Jika di telusuri konteksnya, begitu relate dengan fenomena manusia modern. (Shalih li kulli zaman wa makan)
Ketika kita di sibukkan dengan pergulatan duniawi utamanya tuntutan memenuhi kebutuhan, baik primer sampai sekunder.
Merenungi perjalanan panjang kehidupan manusia yang begitu kompleks, kompleksitas yang membawa pada pengharapan kehidupan yang lebih layak seusai tampil di atas pentas bumi.
Ramadhan menjadi momentum reflektif perjalanan spiritual dan sosial mu'min, walaupun seyogyanya sebelas bulan yang lain mesti di pandang sebagai ramadhan yang memproteksi kita dari kelalaian yang berkelanjutan. Karna,
"Tindakan yang tidak didahului tafakur sama jeleknya dengan tafakur yang tidak disusul dengan tindakan" (Jalaluddin Rakhmat)
Madrasah ruhaniah
Tujuan puasa tidaklah sekedar menggugurkan kewajiban, tetapi menjadikannya sebagai madrasah ruhaniah (Spiritulitas) adalah keharusan .
Puasa yang kita lakukan mesti berimplikasi pada praksis sosial, menambah kepekaan pada sesama.
Ramadhan sebagai madrasah ruhaniah adalah suatu tindakan yang membimbing ramadhan kita, agar sekiranya ramadhan tidak hanya di pandang sebagai rutinitas tahunan yang berlalu sebatas euforia ngabuburit dan buka bersama.
Ketika ini Ramadhan terakhir
Kata nabi dalam Hadits, Rosulullah SAW ditanya oleh salah seorang Anshar yang dibawa Ibnu Umar menemuinya “Wahai Nabi siapakah orang yang paling cerdas dan mulia?” Beliau menjawab, "Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan dan paling siap menghadapinya. Merekalah yang paling cerdas.
Ada sebuah tradisi dalam masyarakat bugis ketika menjelang ramadhan, ibu akan memanggil anaknya yang ada di perantauan untuk sebisa mungkin berkumpul dan menikmati santapan sahur bersama di subuh pertama di bulan ramadhan.
Ramadhan tahun ini barangkali akan berbeda dengan ramadhan yang lalu, barangkali momen sahur dan berbuka bersama orang terkasih tidak di rasakan lagi oleh mereka yang telah ditinggal sanak keluarganya menghadap pada sang maha kasih. "Antum saabiquun, wa nahnu Laahiquun" (Engkau lebih dulu, dan kami akan menyusulmu). Juga, boleh jadi kebahagiaan itu bertambah akan hadirnya titipan tuhan dengan hadirnya anggota keluarga yang baru.
"A being unto death". Heidegeer mendefinisikan manusia. Ya' begitu lahir, kapan pun manusia bisa mati.
Maka teruslah mencari makna dalam kehidupan yang terus di intai oleh kematian setiap saat. Dengan menyadari keterbatasan waktu manusia ini bisa menjadikan hidup sangat berharga dengan semangat "Ahsanu amala".
Ala kulli hal, tuhanlah yang mendesain sedemikian rupa agar kiranya manusia berbuat yang baik dan terbaik.
"Dialah Tuhan yang meciptakan mati dan hidup, untuk menguji siapa di antara kalian yang paling baik amal-amalnya" (QS 67: 2).
Akhirul kalam, semoga Allah meridhoi dan membimbing kita menuju insan taqwa dengan optimalisasi ibadah yang kita targetkan dalam Ramadhan kali ini.
Marhaban ya Ramadhan..
Penulis : Fathurrahman
(Ketua Umum HMJ PAI UNISMUH MAKASSAR)